Istilah bernapas, seringkali diartikan dengan respirasi,
walaupun secara harfiah sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Pernapasan (breathing)
artinya menghirup dan menghembuskan napas. Oleh karena itu, bernapas diartikan
sebagai proses memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan
mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan. Sementara, respirasi (respiration)
berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di
dalam sel sehingga diperoleh energi.
Energi yang dihasilkan dari respirasi sangat menunjang
sekali untuk melakukan beberapa aktifitas. Misalnya saja, mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Oleh karena itu, kegiatan pernapasan
dan respirasi sebenarnya saling berhubungan.
1.
Struktur Pernafasan Manusia
a. Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan yang terletak di luar dan
tersusun atas tulang rawan. Pada bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh
tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua bagian oleh septum
nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum
ditunjang oleh tulang rawan, sedangkan bagian belakang
ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid.
Bagian bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan
maksila. Bagian atas dibatasi oleh
ethmoid, bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis
inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah dibatasi oleh septum nasalis.
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut
konka nasalis superior, konka media dan konka inferior. Melalui celah-celah
pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh darah di dalam
kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir
juga dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga
hidung terdapat daerah olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini
berhubungan dengan saraf otak pertama (nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar
10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama kali akan masuk melalui
hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati
hidung.
b. Faring
udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofaring) pada bagian belakang. Udara dari rongga hidung masuk ke
faring. Faring berbentuk seperti tabung corong, terletak di belakang rongga
hidung dan mulut, dan tersusun dari otot rangka. Faring berfungsi sebagai
jalannya udara dan makanan. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofaring) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofaring) pada bagian belakang.
c. Laring
Dari faring, udara pernapasan akan menuju pangkal
tenggorokan atau disebut juga laring. Laring tersusun atas kepingan
tulang rawan yang membentuk jakun. Jakun tersebut tersusun oleh tulang lidah,
katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang
rawan.
Pangkal tenggorokan dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorokan (epiglotis). Jika udara menuju tenggorokan, anak tekak
melipat ke bawah, dan ketemu dengan katup pangkal tenggorokan sehingga membuka
jalan udara ke tenggorokan. Saat menelan makanan, katup tersebut menutupi
pangkal tenggorokan dan saat bernapas katup tersebut akan membuka.
Pada pangkal tenggorokan terdapat pita suara yang bergetar
bila ada udara melaluinya. Misalnya saja saat kita berbicara.
d. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak
sebagian di leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan.
e.
Bronkus
Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan
kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal
daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah
kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru-paru kanan
seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.
Pada seseorang yang menderita asma bagian otot-otot bronkus
ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah
masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya
penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis,
bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi
sebanyak 20–25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung
bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.
f.
Paru-paru
Organ yang berperan penting dalam proses pernapasan adalah
paru-paru. Paru-paru merupakan organ tubuh yang terletak pada rongga dada,
tepatnya di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan
yang membatasi rongga dada dan rongga perut. Paru-paru terdiri atas dua bagian,
paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir yang
berukuran lebih besar daripada paru-paru sebelah kiri yang memiliki dua
gelambir.
Paru-paru dibungkus oleh dua lapis selaput paru-paru yang
disebut pleura. Semakin ke dalam, di dalam paru-paru akan ditemui
gelembung halus kecil yang disebut alveolus. Jumlah alveolus pada
paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini menjadikan permukaan
paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan paruparu sekitar 160 m2.
Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan sekitar 100 kali lebih luas
daripada luas permukaan tubuh.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang
terdapat pada alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus
dinding kapiler darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam
pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah
merah sehingga terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan
oleh darah ke seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen
dilepaskan sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan
untuk oksidasi.
Karbon dioksida yang dihasilkan dari respirasi sel diangkut
oleh plasma darah melalui pembuluh darah menuju ke paru-paru. Sesampai di
alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan din ding
alveolus. Dari alveolus,
karbondioksida akan disalurkan menuju hidung untuk dikeluarkan. Jadi proses
pertukaran gas sebenarnya berlangsung di alveolus.
2. Mekanisme Pernafasan Manusia
Pernapasan adalah suatu proses yang
terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem
pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya
pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan
luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran
udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler. Pernapasan
dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan
udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di
luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang
terlibat dalam pemasukkan udara ( inspirasi) dan pengeluaran udara ( ekspirasi)
maka mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
1. Pernafasan Dada
Apabila kita menghirup dan
menghempaskan udara menggunakan pernapasan dada, otot yang digunakan yaitu otot
antartulang rusuk. Otot ini terbagi dalam dua bentuk, yakni otot antartulang
rusuk luar dan otot antartulang rusuk dalam.
Saat terjadi inspirasi, otot
antartulang rusuk luar berkontraksi, sehingga tulang rusuk menjadi terangkat.
Akibatnya, volume rongga dada membesar. Membesarnya volume rongga dada
menjadikan tekanan udara dalam rongga dada menjadi kecil/berkurang, padahal
tekanan udara bebas tetap. Dengan demikian, udara bebas akan mengalir menuju
paru-paru melewati saluran pernapasan.
Sementara saat terjadi ekspirasi,
otot antartulang rusuk dalam berkontraksi (mengkerut/mengendur), sehingga
tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil.
Oleh karena rongga dada mengecil, tekanan dalam rongga dada menjadi
meningkat, sedangkan tekanan udara
di luar tetap. Dengan demikian, udara yang berada dalam rongga paru-paru
menjadi terdorong keluar.
2. Pernafasan Perut
Pada proses pernapasan ini, fase
inspirasi terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga dada) mendatar dan
volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih
kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk. Adapun fase ekspirasi
terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi) dan volume rongga
dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada lebih besar daripada
udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
3. Mekanisme Pertukaran Gas Oksigen
(02)dan Karbondioksida (CO2)
Udara lingkungan dapat dihirup masuk
ke dalam tubuh makhluk hidup melalui dua cara, yakni pernapasan secara
langsung dan pernapasan tak langsung. Pengambilan udara secara
langsung dapat dilakukan oleh permukaan tubuh lewat proses difusi. Sementara
udara yang dimasukan ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan dinamakan
pernapasan tidak langsung.
Saat kita bernapas, udara diambil
dan dikeluarkan melalui paruparu. Dengan lain kata, kita melakukan pernapasan
secara tidak langsung lewat paru-paru. Walaupun begitu, proses difusi pada
pernapasan langsung tetap terjadi pada paru-paru. Bagian paru-paru yang meng
alami
proses difusi dengan udara yaitu
gelembung halus kecil atau alveolus.
Oleh karena itu, berdasarkan proses
terjadinya pernapasan, manusia mempunyai dua tahap mekanisme pertukaran gas.
Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida yang dimaksud yakni mekanisme
pernapasan eksternal dan internal.
a. Pernafasan Eksternal
Ketika kita menghirup udara dari
lingkungan luar, udara tersebut akan masuk ke dalam paru-paru. Udara masuk yang
mengandung oksigen tersebut akan diikat darah lewat difusi. Pada saat yang
sama, darah yang mengandung karbondioksida akan dilepaskan. Proses pertukaran
oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara udara dan darah dalam paru-paru dinamakan
pernapasan eksternal.
Saat sel darah merah (eritrosit)
masuk ke dalam kapiler paru-paru, sebagian besar CO2 yang diangkut berbentuk
ion bikarbonat (HCO- 3) . Dengan bantuan enzim karbonat anhidrase,
karbondioksida (CO2) air (H2O) yang tinggal sedikit dalam darah akan segera
berdifusi keluar. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut.
Seketika itu juga, hemoglobin
tereduksi (yang disimbolkan HHb) melepaskan ion-ion hidrogen (H+) sehingga
hemoglobin (Hb)-nya juga ikut terlepas. Kemudian, hemoglobin akan berikatan
dengan oksigen (O2) menjadi oksihemoglobin (disingkat HbO2).
Proses difusi dapat terjadi pada
paru-paru (alveolus), karena adaperbedaan tekanan parsial antara udara dan
darah dalam alveolus. Tekanan parsial membuat konsentrasi oksigen dan
karbondioksida pada darah dan udara berbeda.
Tekanan parsial oksigen yang kita
hirup akan lebih besar dibandingkan tekanan parsial oksigen pada alveolus
paru-paru. Dengan kata lain, konsentrasi oksigen pada udara lebih tinggi daripada
konsentrasi oksigen pada darah. Oleh karena itu, oksigen dari udara akan
berdifusi menuju darah pada alveolus paru-paru.
Sementara itu, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah lebih besar dibandingkan tekanan parsial
karbondioksida pada udara. Sehingga, konsentrasi karbondioksida pada darah akan
lebih kecil di bandingkan konsentrasi karbondioksida pada udara. Akibatnya,
karbondioksida pada darah berdifusi menuju udara dan akan dibawa keluar tubuh
lewat hidung.
b. Pernafasan Internal
Berbeda dengan pernapasan eksternal,
proses terjadinya pertukaran gas pada pernapasan internal berlangsung di dalam
jaringan tubuh. Proses pertukaran oksigen dalam darah dan karbondioksida
tersebut berlangsung dalam respirasi seluler.
Setelah oksihemoglobin (HbO2) dalam
paru-paru terbentuk, oksigen akan lepas, dan selanjutnya menuju cairan jaringan
tubuh. Oksigen tersebut akan digunakan dalam proses metabolisme sel. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.
Proses masuknya oksigen ke dalam
cairan jaringan tubuh juga melalui proses difusi. Proses difusi ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah
dan cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih
rendah dibandingkan oksigen yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi
oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh karena itu, oksigen dalam
darah mengalir menuju cairan jaringan.
Sementara itu, tekanan
karbondioksida pada darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya,
karbondioksida yang terkandung dalam sel-sel tubuh berdifusi ke dalam darah.
Karbondioksida yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan
bersama hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2). Reaksinya sebagai
berikut.
Namun, sebagian besar karbondioksida
tersebut masuk ke dalam plasma darah dan bergabung dengan air menjadi asam
karbonat (H2CO3). Oleh enzim anhidrase, asam karbonat akan segera terurai
menjadi dua ion, yakni ion hidrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO- Persamaan
reaksinya sebagai berikut.
CO2 yang diangkut darah ini tidak
semuanya dibebaskan ke luar tubuh oleh paru-paru, akan tetapi hanya 10%-nya
saja. Sisanya yang berupa ion-ion bikarbonat yang tetap berada dalam darah.
Ion-ion bikarbonat di dalam darah berfungsi sebagai bu. er atau larutan
penyangga.\ Lebih tepatnya, ion tersebut berperan penting dalam menjaga
stabilitas pH (derajat keasaman) darah.
0 Comment:
Post a Comment
Berkomentarlah dengan baik dan sopan